Kembali, GAM Merah Putihkan Teluk Lalong

SUDAH menjadi rutinitas tahunan manakala memasuki momentum hari kemerdekaan RI Gerakan Anak Mantailobo (GAM) Kabupaten Banggai Sulteng, melakukan penataan berupa pengecetan warnah merah putih di areal lingkar tanggul Tekuk Lalong Kota Luwuk.
Warna itu merupakan pencerminan dari simbol negara dalam menyongsong hari kemerdekaan RI ke 78 tahun 2023.
“Kami sudah memulai pengecetan ini sejak tahun 2017 setiap memasuki momentum perayaan tujuh belas agustus” ujar Pimpinan Non Governmental Organization (NGO) GAM Idhin Masa.
Saat berbincang dengan banggainet.com, Minggu petang (30/07/23) di Teluk Lalong, pimpinan organisasi yang menurut versi pemerintah disebut LSM ini berujar, yang memotifasi GAM sehingga giat itu rutin dilakukan, tidak lain merupakan bentuk sikap dalam memupuk jiwa patriotik sebagai warga, yang tentu cinta terhadap negara kesatuan NKRI dan selalu menghormati jasa-jasa pahlawan kemerdekaan.
Selain itu katanya, GAM yang diketahui memiliki branding sebagai NGO pemerhati lingkungan dan konsen menjaga keasrian Teluk Lalong di Kota Luwuk ini, tentu sangat menginginkan jika areal yang mereka jaga itu terus dapat dinikmati keasrianya oleh masyarakat secara umum dalam suasana patriotik di momentum tujuh belasan kali ini.
“Kegiatan yang kami lakukan ini seluruhnya menggunakan sumber dana mandiri GAM”, sebut Idhin
Selama ini kegiatan apa saja yang berkaitan dengan GAM ditopang melalui dana mandiri dan tidak hanya konsen pada kegiatan lingkungan diseputaran Teluk Lalong saja, dibeberapa tempat juga mereka menggunakan dana mandiri dan juga pelibatan pihak lain yang ikut peduli terhadap pelestarian lingkungan. Responsif terhadap sinergi itu rutin dilakukan oleh kalangan TNI dan Polri.
Menurut tokoh muda inspiratif ini, GAM sengaja tidak bergantung melalui pendanaan fundraising, hal itu demi menjaga integritas dan independensinya. Dalam artian seluruh kegiatanya berjalan apa adanya tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pihak lain sebagai donatur.
“Ini supaya kita tidak ada beban”, katanya.
Kepedulian terhadap lingkungan yang digagas gerbong NGO ini rupanya tidak hanya berlaku di Teluk Lalong dan wilayah lain dalam Kota Luwuk saja, akan tetapi sampai ke seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banggai.
” Selain giat dalam kota, kami juga melakukan hal yang sama di beberapa wilayah kecamatan, baik dalam bentuk pembersihan lingkungan maupun kegiatan penghijauan dengan penanaman pohon”, bebernya.
Lebih jauh pimpinan GAM ini berujar, selayaknya aktifis jiwa kritisi memang selalu melekat pada setiap personalnya. Namun baginya selaku aktifis lingkungan dia cenderung memilih untuk melakukan hal-hal nyata yang dapat dinikmati oleh khalayak.
Jika dipahami seksama, tentunya giat yang dilakukan itu sebenarnya adalah bentuk kritikan rasional, sikap tersebut sudah barang tentu dimaksudkan sebagai bahan pembanding apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam hal pelestarian lingkungan.
” Yang saya lakukan ini sebenarnya merupakan bentuk kritik melalui peran nyata kesemua pihak, utamanya pemerintah, dimaksudkan agar mereka bisa ikut bersama mengambil peran nyata. Jadi bagi saya sebagai aktifis, kritikan itu tidak harus tampil berkoar-koar di medsos, tapi melalui kerja nyata hal ini dapat menjadi pembanding yang berbobot sebagai bagian dari bahan rujukan”, demikian Idhin.**

Show More
Back to top button